Pendidikan Karakter yang didengungkan pemerintah melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia sesungguhnya titik balik dari menurunnya nilai-nilai budaya timur yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia. Kondisi ini diperparah oleh media cetak, dan elektronik (termasuk jaringan internet) yang sepertinya tanpa saringan pada tayangan layak dikonsumsi masyarakat. Meluasnya budaya global hingga ke pelosok negeri, menunjukkan ketidakmampuan masyarakat untuk menfilter dan mengambil nilai positif dari globalisasi.
Pada hakikatnya globalisasi merupakan proses dari gagasan yang dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa- bangsa di seluruh dunia. (Edison A. Jamli dkk : 2005). Namun budaya latah untuk menirukan gaya hidup bangsa asing, menambah persoalan baru yang semakin sulit diurai. Berbagai tayangan bertajuk tawuran pelajar, geng motor, geng wanita, hamil diluar nikah, traficking, dan lain sebagainya menunjukkan kegalauan moral bangsa ini karena efek dari virus negatif budaya global.
Pada kondisi seperti ini, pemerintah bergerak cepat untuk mengurai benang kusut dengan menelurkan Kurikulum Berbasis Teks 2013 dengan mengangkat pramuka sebagai ekstra kurikuler. Harapan besar disematkan pada organisasi kepanduan di Indonesia yang tergabung dalam Gerakan Pramuka. Penanaman karakter melalui kegiatan kepramukaan dianggap mampu menumbuh kembangkan nilai-nilai dasar kebangsaan yang diusung oleh nenek moyang terdahulu. Norma-norma dasar yang termaktub pada kiasan dasar Gerakan Pramuka merupakan simbol bernilai historis pada perjuangan bangsa Indonesia yang menjunjung tinggi perdamaian dunia. Sebagaimana diamanatkan pembukaan UUD ’45; dalam rangka mewujudkan perdamaian dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Gerakan Pramuka diusung karena relevansinya dengan gaya hidup remaja, sehingga dianggap layak dipilih dan terpilih sebagai candradimuka generasi muda. Menurut Soetjiningsih (2004), anak remaja akan dihadapkan pada dua tugas utama, yaitu: Pertama, mencapai ukuran kebebasan atau kemandirian dari orangtua; Kedua, membentuk identitas untuk tercapainya integrasi diri dan kematangan pribadi. Proses penemuan jati diri dan kepribadian seorang remaja sangat bergantung pada faktor-faktor eksternal terutama dari pergaulan lingkungan sekitar. Perasaan empati pada diri remaja jauh lebih kuat daripada dengan keluarga bahkan orang tua sekalipun. Sikap eksplorasi yang ditampilkan cenderung ambisius, begitu pula tindakan-tindakan petualangan dan penelitian membuat remaja selalu ingin mencoba dan mencari pengalaman-pengalaman baru walau kadangkala merugikan seperti; merokok, narkoba, minum-minuman keras, dan petualangan cinta. Oleh karena itu peran serta generasi muda sebagai duta perdamaian perlu dijaga keberadaannya.
Tri Satya dan Dasa Darma merupakan kode kehormatan yang mencakup norma-norma dalam kehidupan. Sebagaimana tersurat dalam darma kedua; Cinta alam dan kasih sayang sesama manusia. Tuhan Yang Maha Esa menciptakan seluruh alam semesta bagi kesejahteraan manusia. Sebagai makhluk Tuhan yang dilengkapi akal, rasa, karsa dan karya dengan kelima indera, manusia patut mengetahui makna ciptaan Tuhan. Sudah jelas bahwa sebagai anggota pramuka harus mengamalkan nilai-nilai moral untuk dituangkan dalam kehidupan sehari-hari.
Pramuka secara alamiah melimpahkan cinta kepada alam sekitarnya. Tersebut dapat ditemukan dalam ketrampilan yang dikembangkan melalui kecakapan-kecakapan pramuka baik umum maupun khusus. Syarat Kecakapan Umum yang menjadi draft penilaian seorang anggota pramuka telah tersusun secara rapi dan sistematis guna mendorong peserta didik mengembangkan segala dimensi kepribadian manusia, serta mengaturnya dalam struktur kepribadian. Aspek-aspek area pengembangan dalam pencapaian tanda kecakapan pun beragam atara lain; spiritual, emosional, sosial, intelektual, dan fisik. Area pengembangan dimaksud untuk menggali potensi yang dimiliki anggotanya. Untuk pencapaian TKU Penggalang ramu misalnya, ditemukan “Selalu berpakaian rapi, memelihara kesehatan, dan kebersihan diri serta lingkungan.” Hal ini membuktikan bahwa seorang anggota pramuka diharapkan mampu menjadi contoh bagi lingkungan sekitarnya dengan berpenampilan rapi, mampu memelihara kesehatan fisik dan rohani serta menjaga lingkungan sekitar, baik itu lingkungan sosial maupun lingkungan hidup. Sistem tanda kecakapan dalam pramuka diberikan kepada peserta didik sebagai bentuk apresiasi atas kemampuan yang dimiliki.
Gerakan Pramuka bekerjasama dengan beberapa lembaga-lembaga pemerintah setingkat kementrian / departemen untuk merintis satuan karya pramuka. Menurut Surat Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Nomor : 032 tahun 1989, satuan karya pramuka adalah wadah pendidikan kepramukaan guna menyalurkan minat, mengembangkan bakat, dan meningkatkan pengetahuan, kemempuan, keterampilan dan pengalaman para pramuka dalam berbagai bidang kejuruan, serta meningkatkan motivasinya untuk melaksanakan kegiatan nyata dan produktif sehingga dapat memberi bekal bagi kehidupan dan penghidupannya, serta bekal pengabdiannya kepada masyarakat, bangsa dan negara, sesuai dengan aspirasi pemuda Indonesia dan tuntutan perkembangan pembangunan, dalam rangka peningkatan ketahanan nasional. Secara nasional telah syah 8 satuan karya pramuka yang telah digulirkan kepada anggota pramuka golongan penegak dan pandega. Namun realita dilapangan, beberapa badan atau kedinasan di beberapa daerah juga menggulirkan beberapa satuan karya pramuka.
Saka Taruna Bumi yang disokong oleh Departemen Pertanian merupakan bukti nyata bahwasanya kepramukaan tidak terlepas dari pembangunan pertanian. Bahkan Departemen Kehutanan bergandeng renteng bersama Gerakan Pramuka bersama-sama merintis Saka Wana Bakti. Saka Wana Bakti lebih menekankan pada sumber daya alam dan lingkungan hidup. Saka Kalpataru dirintis atas kerjasama antara Kementrian Lingkungan Hidup dan Kwartir Nasional yang rencananya akan diresmikan pada Munas 2013 menambah bukti konkret, bahwasanya pramuka layak disebut sebagai duta lingkungan hidup. Bahkan diklat Pamong Saka Kalpataru yang diselenggarakan dalam dua tahap pada bulan juni 2013, menjadi tolak ukur pentingnya Gerakan Pramuka sebagai wadah pencetak generasi unggul.
Uraian diatas memperlihatkan generasi unggul berkarakter merupakan dambaan suatu bangsa sebagai penerus pembangunan berkelanjutan. Pentingnya peran serta pemuda sebagai senjata ampuh pembawa perdamaian dimuka bumi dengan secara terus menerus membangun kepribadiannya melalui kegiatan positif. Menurut pengalaman penulis, rata-rata remaja aktif dalam komunitas sosial memiliki pribadi yang menarik dan cukup mampu untuk diandalkan. Sebuah buku yang berjudul Emotional Intelligence and School Success (Joseph Zins, et al., 2001) menagatakan bahwa : sederet faktor-faktor resiko penyebab kegagalan anak di sekolah. Faktor-faktor resiko yang disebutkan ternyata bukan terletak pada kecerdasan otak, tetapi pada karakter, yaitu rasa percaya diri, kemampuan bekerja sama, kemampuan bergaul, kemampuan berkonsentrasi, rasa empati, dan kemampuan berkomunikasi. Dengan kata lain, kegagalan itu tidak diakibatkan oleh kegagalan “olah pikiran”, tetapi kegagalan “olah hati, rasa, dan karsa”. Apa diperhatikan, maka cukup jelas bahwa Gerakan Pramuka tidak hanya mampu mencetak generasi muda calon pemimpin bangsa dalam rangka menjaga perdamaian dunia, namun juga multifungsi diberbagai bidang kehidupan. Kini, saatnya Gerakan Pramuka berdiri tegap sebagai “duta perdamaian dan lingkungan.”
Oleh karena itu, Kementrian pendidikan dan kebudayaan mengusung harapan besar dengan adanya ekstra kurikuler wajib pramuka, agar norma-norma kehidupan yang tertuang dalam kode kehormatan mampu membentuk remaja harapan bangsa sebagai manusia Indonesia seutuhnya. Majulah remaja Indonesia, asah pengetahuan dan ketrampilanmu, raih asamu bersama Gerakan Praja Muda Karana.
Afif Ali, S.Pd
Pembina Pramuka
Guru UPT SMK Negeri 1 Pasuruan
Pada hakikatnya globalisasi merupakan proses dari gagasan yang dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa- bangsa di seluruh dunia. (Edison A. Jamli dkk : 2005). Namun budaya latah untuk menirukan gaya hidup bangsa asing, menambah persoalan baru yang semakin sulit diurai. Berbagai tayangan bertajuk tawuran pelajar, geng motor, geng wanita, hamil diluar nikah, traficking, dan lain sebagainya menunjukkan kegalauan moral bangsa ini karena efek dari virus negatif budaya global.
Pada kondisi seperti ini, pemerintah bergerak cepat untuk mengurai benang kusut dengan menelurkan Kurikulum Berbasis Teks 2013 dengan mengangkat pramuka sebagai ekstra kurikuler. Harapan besar disematkan pada organisasi kepanduan di Indonesia yang tergabung dalam Gerakan Pramuka. Penanaman karakter melalui kegiatan kepramukaan dianggap mampu menumbuh kembangkan nilai-nilai dasar kebangsaan yang diusung oleh nenek moyang terdahulu. Norma-norma dasar yang termaktub pada kiasan dasar Gerakan Pramuka merupakan simbol bernilai historis pada perjuangan bangsa Indonesia yang menjunjung tinggi perdamaian dunia. Sebagaimana diamanatkan pembukaan UUD ’45; dalam rangka mewujudkan perdamaian dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Gerakan Pramuka diusung karena relevansinya dengan gaya hidup remaja, sehingga dianggap layak dipilih dan terpilih sebagai candradimuka generasi muda. Menurut Soetjiningsih (2004), anak remaja akan dihadapkan pada dua tugas utama, yaitu: Pertama, mencapai ukuran kebebasan atau kemandirian dari orangtua; Kedua, membentuk identitas untuk tercapainya integrasi diri dan kematangan pribadi. Proses penemuan jati diri dan kepribadian seorang remaja sangat bergantung pada faktor-faktor eksternal terutama dari pergaulan lingkungan sekitar. Perasaan empati pada diri remaja jauh lebih kuat daripada dengan keluarga bahkan orang tua sekalipun. Sikap eksplorasi yang ditampilkan cenderung ambisius, begitu pula tindakan-tindakan petualangan dan penelitian membuat remaja selalu ingin mencoba dan mencari pengalaman-pengalaman baru walau kadangkala merugikan seperti; merokok, narkoba, minum-minuman keras, dan petualangan cinta. Oleh karena itu peran serta generasi muda sebagai duta perdamaian perlu dijaga keberadaannya.
Tri Satya dan Dasa Darma merupakan kode kehormatan yang mencakup norma-norma dalam kehidupan. Sebagaimana tersurat dalam darma kedua; Cinta alam dan kasih sayang sesama manusia. Tuhan Yang Maha Esa menciptakan seluruh alam semesta bagi kesejahteraan manusia. Sebagai makhluk Tuhan yang dilengkapi akal, rasa, karsa dan karya dengan kelima indera, manusia patut mengetahui makna ciptaan Tuhan. Sudah jelas bahwa sebagai anggota pramuka harus mengamalkan nilai-nilai moral untuk dituangkan dalam kehidupan sehari-hari.
Pramuka secara alamiah melimpahkan cinta kepada alam sekitarnya. Tersebut dapat ditemukan dalam ketrampilan yang dikembangkan melalui kecakapan-kecakapan pramuka baik umum maupun khusus. Syarat Kecakapan Umum yang menjadi draft penilaian seorang anggota pramuka telah tersusun secara rapi dan sistematis guna mendorong peserta didik mengembangkan segala dimensi kepribadian manusia, serta mengaturnya dalam struktur kepribadian. Aspek-aspek area pengembangan dalam pencapaian tanda kecakapan pun beragam atara lain; spiritual, emosional, sosial, intelektual, dan fisik. Area pengembangan dimaksud untuk menggali potensi yang dimiliki anggotanya. Untuk pencapaian TKU Penggalang ramu misalnya, ditemukan “Selalu berpakaian rapi, memelihara kesehatan, dan kebersihan diri serta lingkungan.” Hal ini membuktikan bahwa seorang anggota pramuka diharapkan mampu menjadi contoh bagi lingkungan sekitarnya dengan berpenampilan rapi, mampu memelihara kesehatan fisik dan rohani serta menjaga lingkungan sekitar, baik itu lingkungan sosial maupun lingkungan hidup. Sistem tanda kecakapan dalam pramuka diberikan kepada peserta didik sebagai bentuk apresiasi atas kemampuan yang dimiliki.
Gerakan Pramuka bekerjasama dengan beberapa lembaga-lembaga pemerintah setingkat kementrian / departemen untuk merintis satuan karya pramuka. Menurut Surat Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Nomor : 032 tahun 1989, satuan karya pramuka adalah wadah pendidikan kepramukaan guna menyalurkan minat, mengembangkan bakat, dan meningkatkan pengetahuan, kemempuan, keterampilan dan pengalaman para pramuka dalam berbagai bidang kejuruan, serta meningkatkan motivasinya untuk melaksanakan kegiatan nyata dan produktif sehingga dapat memberi bekal bagi kehidupan dan penghidupannya, serta bekal pengabdiannya kepada masyarakat, bangsa dan negara, sesuai dengan aspirasi pemuda Indonesia dan tuntutan perkembangan pembangunan, dalam rangka peningkatan ketahanan nasional. Secara nasional telah syah 8 satuan karya pramuka yang telah digulirkan kepada anggota pramuka golongan penegak dan pandega. Namun realita dilapangan, beberapa badan atau kedinasan di beberapa daerah juga menggulirkan beberapa satuan karya pramuka.
Saka Taruna Bumi yang disokong oleh Departemen Pertanian merupakan bukti nyata bahwasanya kepramukaan tidak terlepas dari pembangunan pertanian. Bahkan Departemen Kehutanan bergandeng renteng bersama Gerakan Pramuka bersama-sama merintis Saka Wana Bakti. Saka Wana Bakti lebih menekankan pada sumber daya alam dan lingkungan hidup. Saka Kalpataru dirintis atas kerjasama antara Kementrian Lingkungan Hidup dan Kwartir Nasional yang rencananya akan diresmikan pada Munas 2013 menambah bukti konkret, bahwasanya pramuka layak disebut sebagai duta lingkungan hidup. Bahkan diklat Pamong Saka Kalpataru yang diselenggarakan dalam dua tahap pada bulan juni 2013, menjadi tolak ukur pentingnya Gerakan Pramuka sebagai wadah pencetak generasi unggul.
Uraian diatas memperlihatkan generasi unggul berkarakter merupakan dambaan suatu bangsa sebagai penerus pembangunan berkelanjutan. Pentingnya peran serta pemuda sebagai senjata ampuh pembawa perdamaian dimuka bumi dengan secara terus menerus membangun kepribadiannya melalui kegiatan positif. Menurut pengalaman penulis, rata-rata remaja aktif dalam komunitas sosial memiliki pribadi yang menarik dan cukup mampu untuk diandalkan. Sebuah buku yang berjudul Emotional Intelligence and School Success (Joseph Zins, et al., 2001) menagatakan bahwa : sederet faktor-faktor resiko penyebab kegagalan anak di sekolah. Faktor-faktor resiko yang disebutkan ternyata bukan terletak pada kecerdasan otak, tetapi pada karakter, yaitu rasa percaya diri, kemampuan bekerja sama, kemampuan bergaul, kemampuan berkonsentrasi, rasa empati, dan kemampuan berkomunikasi. Dengan kata lain, kegagalan itu tidak diakibatkan oleh kegagalan “olah pikiran”, tetapi kegagalan “olah hati, rasa, dan karsa”. Apa diperhatikan, maka cukup jelas bahwa Gerakan Pramuka tidak hanya mampu mencetak generasi muda calon pemimpin bangsa dalam rangka menjaga perdamaian dunia, namun juga multifungsi diberbagai bidang kehidupan. Kini, saatnya Gerakan Pramuka berdiri tegap sebagai “duta perdamaian dan lingkungan.”
Oleh karena itu, Kementrian pendidikan dan kebudayaan mengusung harapan besar dengan adanya ekstra kurikuler wajib pramuka, agar norma-norma kehidupan yang tertuang dalam kode kehormatan mampu membentuk remaja harapan bangsa sebagai manusia Indonesia seutuhnya. Majulah remaja Indonesia, asah pengetahuan dan ketrampilanmu, raih asamu bersama Gerakan Praja Muda Karana.
Afif Ali, S.Pd
Pembina Pramuka
Guru UPT SMK Negeri 1 Pasuruan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar