Kamis, 22 September 2011

Tali Buat Anakku

Kisah ini diilhami dari kejadian nyata beberapa tahun silam. Seorang bijak mengatakan  tiga hal dalam hidup yang tidak akan kembali yaitu waktu, kenangan, dan kesempatan. Dan di sinilah hal tersebut berlaku dalam hidupku, heheeee.

Saat itu, hari jum’at penuh rahmat dan barokah, cuaca Kota Surabaya cerah berawanAkupun beranjak menuju sekolah, tempatku mengabdi sebagai GTT (Guru Tidak Tetap) beberapa waktu lamanya. Karena kebutuhan administrasi yang harus ku selesaikan dan membutuhkan dokumen dari sekolah lama yang tidak sempat ku kemas.

Hari itu, berbekal izin dari sekolah, tidak ku sia-siakan kesempatan untuk mengurus berbagai dokumen yang ku butuhkan sekaligus melepas kerinduan bersama mereka, keluarga besar sekolah lama. Maafnama sekolah tidak aku tulis, sekadar prifasi publik.

Singkat cerita tentangku di sekolah:

Aku menghabiskan keseharianku dengan berbagai kegiatan di sekolah. Tidak hanya menjalankan kewajibanku sebagai guru yang mengajar. Maklumlah, hanya seorang GTT. Di sana, tugas pokok ku jalankan tanpa mengeluh baik di pagi hari hingga sore hari. Begitu pula tugas tambahan sebagai Pembina ekstra kurikuler yang terselesaikan sebaga bentuk amanah yang deiberikan. Aku jalani dengan kesungguhan dan tekad kuat dengan harapan akan lahir bibit unggul. Baik itu olah raga, seni, maupun sastra. Bahkan tidak jarang pekerjaan caraka yang aku selesaikan, tentu saja seizin Pak Nan, penjaga sekolahku. Usia beliau cukup sepuh kurleb 65 tahun, sehingga aku tak sampai hati melihatnya. Tidak berhenti disitu, berbagai pekerjaan serjng kali ku lakukan termasuk mantainance beberapa sarana sekolah seperti kipas angin, komputer. Kebetulan aku sering melakukannya dan pernah menangani hal tersebut. Tidak jarang aku mengusulkan kegiatan ekskul dengan memanfaatkan sarana yang dimiliki seperti samroh, voli, dan renang. Dukungan teman-teman dan pihak sekolah cukup luar biasa, kekurangan sarana juga dilengkapi. Sebagai bentuk tanggung jawab, aku pun terjun langsung tanpa mengharap honor, bahkan tanpa bayaran. Sedikit sumbangsihku untuk sekolah tercinta, dan tanpa mengharap upah. Selain itu, sumbangsiku untuk generasi bangsa dan pengabdian pada ibu pertiwi.

 

Dalam benakku, ku simpulkan bahwa tempat ini tidak berubah seperti enam bulan lalu saat terakhir kali menginjakkan kaki dan berpamitan. Setahun yang lalu salah satu rekan kerja yang cukup akrab mengajakku untuk mengadu nasib ikut tes CPNS. Yang pada akhirnya terwujud dengan diterimanya aku atas ridho-Nya. Sebut saja Bu Ike, wanta berhijab dengan tahi lalat di bibir. Ia mengajar bahasa Inggris, dan alumni Pondok Pesantren Modern Darussalam, Gontor, Ponorogo. Keren kan! Tidak mudah lho untuk dapat diterima sebagai santri Ponpes Gontor, heheheee… Sebenarnya saya juga pernah mampir di pondok tersebut, namun karena suatu hal, sehingga tidak mampu bertahan, hikzzzz.... Beliau termasuk soulmate-ku di sekolah tersebut.

Sesampainya di sekolah tersebut, keluarga besar cukup kaget dan haru. Karena sempat tanpa komunikasi kecuali dengan Bu Ninik, salah satu teman akrab juga yang ku anggap seperti keluarga sendiri. Bahkan dengan putri-putrinya, saya juga cukup akrab. Kedatanganku cukup sureprise bagi mereka. Termasuk Pak Nan, penjaga sekolahku. Kata orang-orang sekitar, beliau agak sulit diajak komunikasi. Alhamdulillaah interaksi diantara kami cukup baikk, sehingga cukup respect akan aktivitasikuBegitu juga dengan keluarga besarnya. Saya berusaha menjaga keharmonisan maupun adab kepada beliau. Bahkan sering pula kami bermanja seperti anak dan bapak. Bahkan ketika dinyatakan lulus dan diterima sebagai CPNS, beliaulah  orang pertama yang mengetahuinya. Sekali lagi karena kedekatan kami.

Bukan berniat meyombongkan diri, tetapi sebuah ungkapan kemesraan dan kebersamaan yang pernah aku jalin selama bergabung di sekolah lama. Saya bukan manusia sempurna, ibarat tiada gading yang tak retak dan masih banyak kesalahan baik yang disengaja ataupun tidak disengaja, hehheheeee…

Alhamdulillah dapat menyambung tali silaturahmi dengan bertemu mereka. Awan yang semula cerah tiba-tiba kelam, tak terasa air  menetes membasahi pipi kami masing-masing dan menjadi warna perjumpaan kami. Mata pun sembab dibuatnya, haru dan rindu berkumpul menjadi satu sebagai pertanda akan rindunya pertemuan yang telah kami impikan. Memang cukup lama, kira-kira enam bulan lebih kami tidak berjumpa dan memberi kabar. Bahkan beberapa wali murid bersama anak-anaknya mengharapkan aku kembali mengajar di sekolah itu, tetapi hal yang tidak mungkin. Dengan tegas ku katakan bahwa tugas di tempat baru yang ku emban cukup berat, sehingga aku pun tak berdaya untuk kembali mengajar disini, serta administrasi kepegawaian juga melarang untuk double job.

Setelah cukup bermanja dengan rekan-rekan sejawat, murid-murid, dan wali murid, akupun menyampaikan maksud dan tujuanku ke ibu Kepala Sekolah. Beliau bernama Ibu Suciati. Beliau adalah pemimpin yang tangguh dan bijak. Beliapun bergegas menugaskan staf administrasi untuk segera memenuhi permintaanku..

Memang benar, kata seorang Kyai yang seringkali kita dengardikutip dari Alquran surat  Al-An’aam, ayat 59 berbunyi:

 

وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لا يَعْلَمُهَا إِلا هُوَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَمَا تَسْقُطُ مِنْ وَرَقَةٍ إِلا يَعْلَمُهَا وَلا حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ الأرْضِ وَلا رَطْبٍ وَلا يَابِسٍ إِلا فِي كِتَابٍ مُبِينٍ

“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang gaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuudh)”.

Dari sinilah, aku perlu mencermati akan ketentuan Allah. bukan sekadar rekayasa ataupun angan-angan. Usaha tidak menghianati hasil. Ketekunan yang selama ini aku torehkan berbuah manis. Di kota yang baru ini, aku perlu beriteraksi dan membangun jejaring agar dapat diterima masyarakat sekolah maupun luar sekolah. selain itu masa depanku untuk hidup lebih baik lagi (bukan berarti kejar materi). Aku berprinsip bahwa Kerja itu ibadah, tetapi setiap insan pasti butuh kecukupan materi untuk bekal ibadah.

Seteah ku selesaikan administrasi, aku pun berniat untuk segera kembali. Namun namanya anak-anak kalau sudah cintrong sama bapaknya, mereka tetap setia menungguku di depan pintu, heheheee. Lalu ku sempatkan lagi untuk berinteraksi. Beberapa diantara mereka, Feby, Yola, Rama, dan cukup banyak siswa lain merengek padaku. Pak, aku kangen sekali dengan pak Afif (sambil mengusap air mata yang menetes di pipinya), rengek si Feby.ia jagoanku di samroh sebagai penabuh bass, dan dia cukup bagus lho teknik bermain volinya. Aku pun tak kuasa melihatnya (sambil ku elus rambutnya), sekarang saya sudah di sini, kenapa masih nangis, heheheee. Bahkan sewaktu mau pulang dan berangkat sholat jumat mereka berkumpul mencegahku agar tidak beranjak pulang, alasannya masih kangen. Aku pun tak dapat menolaknya. Dan terpaksa menunaikan sholat jum’at di masjid sekitar sekolah.

Setelah menunaikan sholat jumat, aku pun berpamitan. Dan mereka pun meminta, jika ada waktu senggang, untuk bisa bersilaturahmi kembali. Kapan Pak Afif kesini lagi? Kata Ridla. Dia juga atlet voliku dengan passing hampir sempurna di usianya. Aku pun menjawab insha Allah, karena belum dapat memastikan.

Kenangan rindu dan kerinduan ini akan ku simpan dan abadi. Dan aku sedikit yakin, lamban laun mereka akan melupakanku, walau tidak sedikit yang sampai hari ini berkomunikasi melalui media sosial denganku.

Di sini ingin ku sampaikan sesuatu kepada mereka. Meskipun mereka tidak dapat mendengar, bahkan mungkin tidap pernah membaca tulisan ini. Teruntuk Bapak Ibu Guru, Wali Murid dan Anak-Anak yang pernah aku bina: “maafkan saya karna tugas yang ku emban membutuhkan keseriusan dan interaksi ditempat yang baru sehingga harus fokus agar mendapatkan hasil maksimal”.

Walaupun begitu hati ini tetap tak dapat melupakan kenangan indah yang pernah terjalin apik. Kenangan ini terlalu manis untuk dilupakan (jadi ingat lagunya slank)

 

YA ALLAH YA ROBBUL IZZATI

Hamba rindu kedamaian yang pernah terjalin

Hamba rindu suasana yang pernah singgah dalam perjalanan hidupku

Hamba rindu kebersamaan ketika bersama bersendah gurau

 

Hati ini menangisketika merindukannya

Mata ini tak kuasa menahan linangan air mata

Kenangan itu terlalu indah dan manis untuk dilupakan

Emosi pun memuncak ketika mengingatnya

 

 

Sewaktu ku tulis catatan kecil ini, kuberharap mereka tak pernah melupakan aku. dan aku berdo’a, smoga kami dapat terus berkomunikasi walaupun via sms maupun media sosial. Dan tak terasa mataku sembab ketika mengingatnya untuk ku torehankan menjadi cerita pendek.

 

Sebuah kenangan hidup bukan saja pengalaman

pembelajaran, harapan dan impian menjadi satu

 

 

Afif Ali

Guru SMK Negeri 1 Pasuruan


FB https://web.facebook.com/afifscout

Ig https://www.instagram.com/afifscout/?hl=id

Twitter https://twitter.com/Afif_Kalpataru

Youtube https://www.youtube.com/channel/UC7-ZDEmHg2PdawP8apv7C0A/videos?disable_polymer=1

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar