Suatu kisah yang saya
ambil dari inspirasi lagu sebuah band berjudul “Sadarkan Aku”,
menginspirasi saya mencoba mengarang cerita yang mungkin terjadi dalam
kehidupan kita, lagu itu menceritakan tentang keberhasilan tidaklah jauh
dari orang di sekitar kita, salah satunya adalah TEMAN, di dalam lagu
itu tertuang makna bahwa teman yang membantu di setiap perjalan kita
untuk menjadi “Besar”, dari dukungan mereka dan semangat yang mereka
berikan kepada kita, membantu kita menjadi apa yang diinginkan.
“KACANG LUPA KULIT”
Awal kisah di mulai dari kehidupan sekelompok anak terlantar yang memiliki latar belakang keluarga yang sama “Broken Home”, tetapi mereka masih memiliki cita-cita, mimpi, dan harapan yang selalu ingin mereka wujudkan, tetapi terkadang mereka putus asa karena kondisi keluarga yang tidak mendukung, untuk biaya sekolah saja terasa tidak tersedia lagi, untuk sesuap nasi juga harus bersusah payah terlebih dahulu, sehingga memaksa mereka untuk menjadi kuli pasar, menjadi pengamen jalanan, untuk mengisi perut kosongnya.
Suatu hari salah seorang anak di antara mereka mendapat beasiswa dan kesempatan untuk melanjutkan kuliahnya di luar negeri, tetapi dia masih bimbang, jika kesempatan itu di ambilnya ia tidak tega dengan teman-temanya yang bahkan hanya bisa bersekolah sampai di jenjang SLTP, tapi jika ia mengabaikan kesempatan itu maka ia tidak dapat menggapai impian yang di impikanya sejak berada di bangku sekolah dasar.
”Hei, Rid..!Ngapain kamu bengong di situ.??Gak bisanya kamu seperti itu, ayolah ikut Main Bola dengan kami”ujar Rizal. (Farid tetap duduk diam termenung seakan mengamati pemulung yang sedang memungut sampah pada tumpukan sampah di kampungnya, sesungguhnya pandangnya kosong)
”Kau dengar kami atau tidak..!!”.teriak Ahan (sambil menendang dengan keras bola di kakinya ke arah Farid). ”Hahahahahaha..Maaf teman, cuman bercanda, ayo kita mulai..!!”jawab Farid (kemudian langsung berlari sambil menggiring bola)
Di tengah permainan sering sekali Farid tidak konsentrasi dalam permainanya, tidak seperti biasanya saat memainkan hobbinya tersebut. “Aku tak ikut main lagi..”ujar Farid
Permainan dihentikan dan mereka menyusul ke arah Farid berjalan, setelah sampai dan melihat Farid merenung kembali mereka-pun mendatangi Farid.
Mereka membicarakan tingkah Farid yang tidak biasanya, setelah itu Farid bercerita sesungguhnya dan kemudian sahabatnya memberi semangat kepada Farid, sehingga Farid mengambil kesempatan beasiswa itu.
Selanjutnya mereka memberi semangat kepada Farid kemudian terdengar adzan Maghrib berkumandang )
Malam harinya Farid-pun kembali merenugkan akan keputusan yang akan di ambilnya itu, ia tak ingin menyesali apa yang telah di putuskanya nanti. Ibu Shinta datang menhampiri Farid dan menawarkan secangkir teh hangat, (kemudian di minumnya secangkir teh hangat itu), (Lalu Farid menceritakan kejadian sebenarnya). (Setelah itu mereka membicarakan hal ini, hingga akhirnya Farid mengambil beasiswa itu, kemudian memeluk ibunya dengan erat)
Lewat tengah malam saat Farid terbangun karena mendengar Ifan menangis tanpa henti dari dalam kamar ibunya, Farid pun menengok ke kamar ibunya tapi saat itu ibunya tak ada di kamarnya, sambil menggendong adiknya Farid lalu mencari ibunya, betapa terkejutnya dia saat di lihatnya Bu Shita sedang Sholat Malam sambil menangis mendo’akanya agar kepergianya ke luar negeri nanti dapat menjadi ilmu yang bermanfaat, tanpa disadari air mata Faridpun menetes seketika.
Ke esokan harinya, sahabat – sahabat Farid ke rumahnya pagi-pagi sekali untuk menjalani rutinitas yang di lakukanya pada hari Minggu pagi yaitu jogging berkeliling kampung. Sambil jogging mereka bercanda tawa dan mereka-pun merasakan bahwa sikap Farid telah kembali seperti biasanya, kembali menjadi Farid yang selalu ceria, humoris, pencair suasana, dan dapat membuat orang berada di dekatnya nyaman akan keberadaanya.
Ditengah percandaan Farid memberitahu keputusannya kepada temanya, dan temanya senang mendengar keputusan Farid.
Akhirnya hari itu-pun tiba, hari saat Farid akan pergi berangkat ke Eropa bersama Pak Iman yang mengusulkan Farid untuk mendapat beasiswa ke Eropa. Teman-temanya pun ikut mengantar ke bandara bersama Bu Shita dan kedua adik Farid.
Faridpun diberi sebuah gelang oleh teman – temanya sebagai tanda persahabatan mereka.
(sementara itu Ahan berbincang-bincang sendiri dengan Pak Iman perihal kapan pendidikan Farid berakhir)
Tak lama kemudian Ahan menyampaikan pesan terakhirnya kepada Farid. Lalu Farid memeluk Ahan, dan di susul oleh teman-temanya yang lain untuk memeluk Farid sebelum ia terbang ke Eropa.
Perhatian-perhatian, pesawat dengan tujuan penerbangan ke Amerika akan berangkat 15 menit lagi, terima kasih.
Kemudian Farid berpamitan dan mencium tangan ibunya disusul dengan memberikan beberapa pesan kepada teman – temanya.
Beberapa jam kemudian mereka-pun sampai di bandara nasional Amerika. Mereka-pun langsung menuju ke Universitas Chicago yang terkenal itu. Sesampainya disana Farid diajak untuk berkeliling Universitas oleh Mr.Greed. Setelah beberapa lama berkeliling dan Farid-pun telah mangenal lingkungan barunya, Mr.Greed mengantarkanya ke asrama putra dan menunjukan di mana kamarnya. Diapun berkenalan dengan Tommy yang berada satu kamar dengannya.
Kemudian Farid-pun mulai membiasakan diri dengan kehidupan mewah di Negeri Paman Sam itu, sampai-sampai ia lupa dengan tempat asalnya dan teman-teman yang selalu mendukungnya. Namun sebaliknya, ia selalu di nanti-natikan kedatangannya oleh keluarga serta teman-temanya. Teman – temanyapun berusaha untuk mencari informasi tentang Farid kepada pak Iman, pak Imanpun memberikan no telefon Farid, setelah itu mereka menghubungi Farid. Merekapun berbincag - bincang guna melepaskan rasa rindu.
Jauh dari yang di kira, dengan durasi waktu belajar 3 tahun Farid telah pulang dengan menyandang gelar Master. Kepulangannya pun di sambut meriah oleh sahabat-sahabatnya. Setelah sampai di rumah kecilnya, ia langsung saja beristirahat meskipun dengan terpaksa karena telah terbiasa dengan kamar yang mewah, dan tanpa menghiraukan teman-temanya yang telah begitu merindukan dan menunggu kedatangnya. Teman – temanyapun mendengar kabar bahagia ini, keesokan harinya, sahabat-sahabat Faridpun sudah menuggu ia di depan rumahnya, dengan harapan Farid akan menceritakan kisahnya saat belajar di Amerika.
Di sisi lain, Farid menunggu telepon dari rekan sekamarnya saat di asrama Chicago, kerena Tommy akan mengajaknya bekerjasama membangun kembali perusahaan Pak Laksono di Medan.
Teleponpun berbunyi Farid dan Tommy berbincang guna membicarakan rencana kerjasamanya itu. Dan ternyata Tommy sudah akan mengirimkan uang untuk pembelian tiket keberangkatan Farid.
Setelah menutup telpon, Farid bergegas untuk membeli tiket penerbanganya, Ia pun merasa beruntung karena memiliki teman seperti Tommy.
Keesokan harinya Farid berangkat ke bandara sesudah Subuh, ia hanya berpamitan dengan ibunya saja tanpa mengabari sahabat-sahabat karibnya. Yang tertinggal di benak sahabat-sahabatnya hanyalah satu pertanyaan “Ada Apa Dengan Farid..??”.
Setibanya di Medan, ia pun di sambut oleh Tommy dan asisten papanya, Faridpun di jamu makan siang mewah di restoran samping kantor tempatnya bekerja nanti. Setelah itu Tommy mengajak Farid menghadap ke Ruang Dirut untuk menemui papanya.
Setelah bertemu dengan papa Tommy, Tommypun mengajak Farid mengelilingi kantor untuk memperkenalkan Farid kepada karyawan-karyawanya bahwa Farid adalah atasan baru mereka di bagian Tehnologi. Setelah usai berkeliling, Tommy mengantar Farid ke ruang kerjanya, tanpa di duga sebelumnya, betapa mewahnya ruang kerja yang di dapatnya, karena selama ini ruang kerja yang ada di fikiranya hanyalah berisi Meja Kerja, Kursi Putar, dan ruanganya ber AC, tapi yang ia dapatkan lebih dari itu. Akhirnya ia pun terlena oleh kemewahan itu.
Setelah beberapa bulan Farid bekerja, perusahaan Pak Laksono mengalami kemajuan yang sangat derastis, keuntungan yang di dapat perusahaan itu belipat ganda menjadi 2X lipat per bulan. Betapa bangganya Pak Laksono terhadap Farid, dan akhirnya Faridpun di naikan jabatanya menjadi direktur utama perusahaan itu, sementara Tommy tidak mengalami kenaikan jabatan, hal itu menjadikan Tommy iri dan mulai berniat buruk kepada Farid, akhirnya Tommy memutuskan untuk mengambil cuti 2 bulan untuk menghilangkan rasa kecewanya pada Pak Laksono karena telah memberikan perusahaan itu kepada Farid. (Tommy meminta izin kepada Farid, namun dengan berat hati Farid mengizinkan Tommy untuk mengambil cuti)
Tommy bergegas pulang untuk bersiap-siap berangkat bersama teman-temanya, sesampainya di rumah, Pak Laksono langsung memarahi Tommy habis-habisan.
Langsung saja Tommy tancap gas ke rumah teman-temanya untuk segera berangkat ke Singapura, tanpa bekal apa-apa dan hanya berbekal uang, mobil, dan kartu ATM saja iya nekad berangkat ke Singapura.
Satu jam lagi, mereka akan terbang ke Singapura, dan mereka pun bersiap-siap di bandara. Pak Laksono pun tidak menghalangi anaknya karena dia ingin mengetahui kemampuan anaknya itu. Setibanya di Singapura, Tommy dan kedua temanya langsung berkeliling-keliling untuk mencari kesenangan.
Mereka telah memesan kamar, kamar yang mereka pesan merupakan kamar kelas atas yang biasa di gunakan oleh para pejabat-pejabat, tapi bagi mereka itu semua biasa saja, karena mereka bertiga berdasarkan dari keluarga yang sangat mapan. Tommy bertingkah seperti ini karena ia merasa di khianati oleh orang yang ia anggap saudara, tiada rasa terima kasih dan balas budi yang ia terima.
Dua minggu lamanya Tommy telah berlibur dan ia sudah bisa menerima kenyataan bahwa perusahaan yang seharusnya ia miliki telah di berikan kepada Farid. Dan akhirnya Tommy dan teman-temanya terbang ke Indonesia, tapi sesampainya di rumah dan tanpa ada perhatian lebih kepadanya, malah Pak Laksono memarahinya lagi dan meminta Tommy untuk segera membuktikan bahwa ia mampu jika di beri kuasa memimpin perusahaan itu.
(selagi membiarkan Tommy pergi dari rumah, Pak Laksono tersenyum bahagia dengan ucapan anaknya dan ia yakin Tommy bisa membuktikan ucapanya)
Tommy memang sangat mudah terbawa emosi, tapi ia bisa mencerna emosinya untuk memikirkan apa yang akan di lakukanya setelah ini. Lain halnya dengan Farid, ia begitu merasa perjuanganya tidak sia-sia dan iya telah mendapatkan semuanya “sendiri”.
Jauh dari kehidupanya sekarang, Farid merupakan anak yang ramah dan tidak sombong, tapi mengapa ia begitu cepat berubah, itulah isi pikiran sahabat-sahabatnya, karena tak mau menyusahkan Pak Iman untuk menghubungi Farid, mereka hanya menanyakan alam lengkap perusahaan tempat Farid bekerja, dan merekapun mengirimkan secarik surat pada Farid.(merekapun bejalan menuju kantor pos).
Surat telah di kirim melalui kantor pos, dan pihak kantor pos telah mengirimkanya ke perusahaan Pak Laksono yang di pimpin Farid, tetapi surat itu tak di baca oleh Farid karena Office Boy yang menerima surat tersebut tidak berani memberikan surat itu kepada Farid karena selain suratnya tampak kotor dan tak layak jika di berikan kepada seorang direktur.
Sebulan lamanya Pak Laksono tidak mengetahui kabar anaknya, tiba-tiba anaknya itu hadir mewakili perusahaan yang di pimpin oleh Sonny untuk berebut job dengan perusahaan ayahnya. Betapa kagetnya ia ketika melihat Tommy dengan sempurna merebut job tersebut dari perusahaanya.
Pak Laksono segera menelepon Tommy untuk pulang ke rumah dan memberi ucapan selamat padanya. Pak Laksono juga berfikiran untuk mempercayakan perusahaanya kepada Tommy, karena selama di pimpin Farid, banyak karyawan-karyawan yang mengeluh bahkan mengundurkan diri karena kepemimpinan Farid yang tidak mengenal toleransi.
Malam hari sesampinya di rumah, Tommy tidak melihat pesta apapun, biasanya kalau ayahnya bilang ingin memberikan ucapan apa atau apa, pasti akan ada pesta besar-besaran. Pak Laksono sengaja tidak membuat pesta karena ia ingin tau apakah Tommy bekerja karena ingin di puji atau ia bekerja dengan segenap kamampuan yang di milikinya.
Keesokan harinya, Pak Laksono datang ke kantor bersama Tommy untuk menggeser sedikit posisi Farid. Pak Laksono masuk ke ruangan Farid dan langsung menyuruhnya untuk mengumpulkan seluruh karyawan dan pegawainya karena Pak Laksono akan mengumumkan sesuatu. Apa yang terjadi ??? ternyata pak Laksono mengumumkan kepada para karyawan jika pimpinan akan digantikan oleh Tommy.
Farid langsung bergegas pergi dari kantor itu, keesokan harinya ia memutuskan untuk hengkang dari perusahaan itu dan kembali ke Surabaya. Saat ia akan kembali ke Surabaya, tiba-tiba OB kantor mencegatnya, untuk memberikan secarik surat kusam padanya.
Farid membawa surat itu, karena penasaraan, ia membukanya saat berada di pesawat. Betapa kagetnya ia saat membaca surat itu yang ternyata di kirim dengan susah payah oleh para sahabatnya di kampung yang ia lupakan, seketika itu juga ia meneteskan air mata dan sadar bahwa ia begitu jahat melupakan teman-teman yang selalu setia menemani, mendukung, dan menantinya.
Sesampainya di Surabaya, ia langsung pulang untuk menemui keluarga dan teman-temanya. Ia menangis saat mengetahui bahwa teman-temanya dapat dengan ikhlas memaafkan kesalahanya yang begitu banyak pada mereka. Farid juga berjanji akan mengajarkan apa yang ia dapat sejak meninggalkan desanya sampai ia kembali ke rumahnya yang sederhana.
Sejak saat itulah Farid kembali menjadi pribadinya sendiri, kehidupanya pun berjalan normal kembali, daerahnya sudah tidak lagi di anggap perkampungan kumuh oleh masyarakat Surabaya. Sementara Farid sendiri telah menyadari arti persahabatan dan kesetiaan terhadap sahabat.
Kesuksesan takan bisa di capai dengan sendirinya, tapi kita membutuhkan orang lain untuk menggapainya, jangan pernah kau lupakan orang yang membantu dan ikut campur dalam kesuksesanmu, sebelum kau menyesal dan terpuruk dalam kejamnya kehidupan ini.
“KACANG LUPA KULIT”
Awal kisah di mulai dari kehidupan sekelompok anak terlantar yang memiliki latar belakang keluarga yang sama “Broken Home”, tetapi mereka masih memiliki cita-cita, mimpi, dan harapan yang selalu ingin mereka wujudkan, tetapi terkadang mereka putus asa karena kondisi keluarga yang tidak mendukung, untuk biaya sekolah saja terasa tidak tersedia lagi, untuk sesuap nasi juga harus bersusah payah terlebih dahulu, sehingga memaksa mereka untuk menjadi kuli pasar, menjadi pengamen jalanan, untuk mengisi perut kosongnya.
Suatu hari salah seorang anak di antara mereka mendapat beasiswa dan kesempatan untuk melanjutkan kuliahnya di luar negeri, tetapi dia masih bimbang, jika kesempatan itu di ambilnya ia tidak tega dengan teman-temanya yang bahkan hanya bisa bersekolah sampai di jenjang SLTP, tapi jika ia mengabaikan kesempatan itu maka ia tidak dapat menggapai impian yang di impikanya sejak berada di bangku sekolah dasar.
”Hei, Rid..!Ngapain kamu bengong di situ.??Gak bisanya kamu seperti itu, ayolah ikut Main Bola dengan kami”ujar Rizal. (Farid tetap duduk diam termenung seakan mengamati pemulung yang sedang memungut sampah pada tumpukan sampah di kampungnya, sesungguhnya pandangnya kosong)
”Kau dengar kami atau tidak..!!”.teriak Ahan (sambil menendang dengan keras bola di kakinya ke arah Farid). ”Hahahahahaha..Maaf teman, cuman bercanda, ayo kita mulai..!!”jawab Farid (kemudian langsung berlari sambil menggiring bola)
Di tengah permainan sering sekali Farid tidak konsentrasi dalam permainanya, tidak seperti biasanya saat memainkan hobbinya tersebut. “Aku tak ikut main lagi..”ujar Farid
Permainan dihentikan dan mereka menyusul ke arah Farid berjalan, setelah sampai dan melihat Farid merenung kembali mereka-pun mendatangi Farid.
Mereka membicarakan tingkah Farid yang tidak biasanya, setelah itu Farid bercerita sesungguhnya dan kemudian sahabatnya memberi semangat kepada Farid, sehingga Farid mengambil kesempatan beasiswa itu.
Selanjutnya mereka memberi semangat kepada Farid kemudian terdengar adzan Maghrib berkumandang )
Malam harinya Farid-pun kembali merenugkan akan keputusan yang akan di ambilnya itu, ia tak ingin menyesali apa yang telah di putuskanya nanti. Ibu Shinta datang menhampiri Farid dan menawarkan secangkir teh hangat, (kemudian di minumnya secangkir teh hangat itu), (Lalu Farid menceritakan kejadian sebenarnya). (Setelah itu mereka membicarakan hal ini, hingga akhirnya Farid mengambil beasiswa itu, kemudian memeluk ibunya dengan erat)
Lewat tengah malam saat Farid terbangun karena mendengar Ifan menangis tanpa henti dari dalam kamar ibunya, Farid pun menengok ke kamar ibunya tapi saat itu ibunya tak ada di kamarnya, sambil menggendong adiknya Farid lalu mencari ibunya, betapa terkejutnya dia saat di lihatnya Bu Shita sedang Sholat Malam sambil menangis mendo’akanya agar kepergianya ke luar negeri nanti dapat menjadi ilmu yang bermanfaat, tanpa disadari air mata Faridpun menetes seketika.
Ke esokan harinya, sahabat – sahabat Farid ke rumahnya pagi-pagi sekali untuk menjalani rutinitas yang di lakukanya pada hari Minggu pagi yaitu jogging berkeliling kampung. Sambil jogging mereka bercanda tawa dan mereka-pun merasakan bahwa sikap Farid telah kembali seperti biasanya, kembali menjadi Farid yang selalu ceria, humoris, pencair suasana, dan dapat membuat orang berada di dekatnya nyaman akan keberadaanya.
Ditengah percandaan Farid memberitahu keputusannya kepada temanya, dan temanya senang mendengar keputusan Farid.
Akhirnya hari itu-pun tiba, hari saat Farid akan pergi berangkat ke Eropa bersama Pak Iman yang mengusulkan Farid untuk mendapat beasiswa ke Eropa. Teman-temanya pun ikut mengantar ke bandara bersama Bu Shita dan kedua adik Farid.
Faridpun diberi sebuah gelang oleh teman – temanya sebagai tanda persahabatan mereka.
(sementara itu Ahan berbincang-bincang sendiri dengan Pak Iman perihal kapan pendidikan Farid berakhir)
Tak lama kemudian Ahan menyampaikan pesan terakhirnya kepada Farid. Lalu Farid memeluk Ahan, dan di susul oleh teman-temanya yang lain untuk memeluk Farid sebelum ia terbang ke Eropa.
Perhatian-perhatian, pesawat dengan tujuan penerbangan ke Amerika akan berangkat 15 menit lagi, terima kasih.
Kemudian Farid berpamitan dan mencium tangan ibunya disusul dengan memberikan beberapa pesan kepada teman – temanya.
Beberapa jam kemudian mereka-pun sampai di bandara nasional Amerika. Mereka-pun langsung menuju ke Universitas Chicago yang terkenal itu. Sesampainya disana Farid diajak untuk berkeliling Universitas oleh Mr.Greed. Setelah beberapa lama berkeliling dan Farid-pun telah mangenal lingkungan barunya, Mr.Greed mengantarkanya ke asrama putra dan menunjukan di mana kamarnya. Diapun berkenalan dengan Tommy yang berada satu kamar dengannya.
Kemudian Farid-pun mulai membiasakan diri dengan kehidupan mewah di Negeri Paman Sam itu, sampai-sampai ia lupa dengan tempat asalnya dan teman-teman yang selalu mendukungnya. Namun sebaliknya, ia selalu di nanti-natikan kedatangannya oleh keluarga serta teman-temanya. Teman – temanyapun berusaha untuk mencari informasi tentang Farid kepada pak Iman, pak Imanpun memberikan no telefon Farid, setelah itu mereka menghubungi Farid. Merekapun berbincag - bincang guna melepaskan rasa rindu.
Jauh dari yang di kira, dengan durasi waktu belajar 3 tahun Farid telah pulang dengan menyandang gelar Master. Kepulangannya pun di sambut meriah oleh sahabat-sahabatnya. Setelah sampai di rumah kecilnya, ia langsung saja beristirahat meskipun dengan terpaksa karena telah terbiasa dengan kamar yang mewah, dan tanpa menghiraukan teman-temanya yang telah begitu merindukan dan menunggu kedatangnya. Teman – temanyapun mendengar kabar bahagia ini, keesokan harinya, sahabat-sahabat Faridpun sudah menuggu ia di depan rumahnya, dengan harapan Farid akan menceritakan kisahnya saat belajar di Amerika.
Di sisi lain, Farid menunggu telepon dari rekan sekamarnya saat di asrama Chicago, kerena Tommy akan mengajaknya bekerjasama membangun kembali perusahaan Pak Laksono di Medan.
Teleponpun berbunyi Farid dan Tommy berbincang guna membicarakan rencana kerjasamanya itu. Dan ternyata Tommy sudah akan mengirimkan uang untuk pembelian tiket keberangkatan Farid.
Setelah menutup telpon, Farid bergegas untuk membeli tiket penerbanganya, Ia pun merasa beruntung karena memiliki teman seperti Tommy.
Keesokan harinya Farid berangkat ke bandara sesudah Subuh, ia hanya berpamitan dengan ibunya saja tanpa mengabari sahabat-sahabat karibnya. Yang tertinggal di benak sahabat-sahabatnya hanyalah satu pertanyaan “Ada Apa Dengan Farid..??”.
Setibanya di Medan, ia pun di sambut oleh Tommy dan asisten papanya, Faridpun di jamu makan siang mewah di restoran samping kantor tempatnya bekerja nanti. Setelah itu Tommy mengajak Farid menghadap ke Ruang Dirut untuk menemui papanya.
Setelah bertemu dengan papa Tommy, Tommypun mengajak Farid mengelilingi kantor untuk memperkenalkan Farid kepada karyawan-karyawanya bahwa Farid adalah atasan baru mereka di bagian Tehnologi. Setelah usai berkeliling, Tommy mengantar Farid ke ruang kerjanya, tanpa di duga sebelumnya, betapa mewahnya ruang kerja yang di dapatnya, karena selama ini ruang kerja yang ada di fikiranya hanyalah berisi Meja Kerja, Kursi Putar, dan ruanganya ber AC, tapi yang ia dapatkan lebih dari itu. Akhirnya ia pun terlena oleh kemewahan itu.
Setelah beberapa bulan Farid bekerja, perusahaan Pak Laksono mengalami kemajuan yang sangat derastis, keuntungan yang di dapat perusahaan itu belipat ganda menjadi 2X lipat per bulan. Betapa bangganya Pak Laksono terhadap Farid, dan akhirnya Faridpun di naikan jabatanya menjadi direktur utama perusahaan itu, sementara Tommy tidak mengalami kenaikan jabatan, hal itu menjadikan Tommy iri dan mulai berniat buruk kepada Farid, akhirnya Tommy memutuskan untuk mengambil cuti 2 bulan untuk menghilangkan rasa kecewanya pada Pak Laksono karena telah memberikan perusahaan itu kepada Farid. (Tommy meminta izin kepada Farid, namun dengan berat hati Farid mengizinkan Tommy untuk mengambil cuti)
Tommy bergegas pulang untuk bersiap-siap berangkat bersama teman-temanya, sesampainya di rumah, Pak Laksono langsung memarahi Tommy habis-habisan.
Langsung saja Tommy tancap gas ke rumah teman-temanya untuk segera berangkat ke Singapura, tanpa bekal apa-apa dan hanya berbekal uang, mobil, dan kartu ATM saja iya nekad berangkat ke Singapura.
Satu jam lagi, mereka akan terbang ke Singapura, dan mereka pun bersiap-siap di bandara. Pak Laksono pun tidak menghalangi anaknya karena dia ingin mengetahui kemampuan anaknya itu. Setibanya di Singapura, Tommy dan kedua temanya langsung berkeliling-keliling untuk mencari kesenangan.
Mereka telah memesan kamar, kamar yang mereka pesan merupakan kamar kelas atas yang biasa di gunakan oleh para pejabat-pejabat, tapi bagi mereka itu semua biasa saja, karena mereka bertiga berdasarkan dari keluarga yang sangat mapan. Tommy bertingkah seperti ini karena ia merasa di khianati oleh orang yang ia anggap saudara, tiada rasa terima kasih dan balas budi yang ia terima.
Dua minggu lamanya Tommy telah berlibur dan ia sudah bisa menerima kenyataan bahwa perusahaan yang seharusnya ia miliki telah di berikan kepada Farid. Dan akhirnya Tommy dan teman-temanya terbang ke Indonesia, tapi sesampainya di rumah dan tanpa ada perhatian lebih kepadanya, malah Pak Laksono memarahinya lagi dan meminta Tommy untuk segera membuktikan bahwa ia mampu jika di beri kuasa memimpin perusahaan itu.
(selagi membiarkan Tommy pergi dari rumah, Pak Laksono tersenyum bahagia dengan ucapan anaknya dan ia yakin Tommy bisa membuktikan ucapanya)
Tommy memang sangat mudah terbawa emosi, tapi ia bisa mencerna emosinya untuk memikirkan apa yang akan di lakukanya setelah ini. Lain halnya dengan Farid, ia begitu merasa perjuanganya tidak sia-sia dan iya telah mendapatkan semuanya “sendiri”.
Jauh dari kehidupanya sekarang, Farid merupakan anak yang ramah dan tidak sombong, tapi mengapa ia begitu cepat berubah, itulah isi pikiran sahabat-sahabatnya, karena tak mau menyusahkan Pak Iman untuk menghubungi Farid, mereka hanya menanyakan alam lengkap perusahaan tempat Farid bekerja, dan merekapun mengirimkan secarik surat pada Farid.(merekapun bejalan menuju kantor pos).
Surat telah di kirim melalui kantor pos, dan pihak kantor pos telah mengirimkanya ke perusahaan Pak Laksono yang di pimpin Farid, tetapi surat itu tak di baca oleh Farid karena Office Boy yang menerima surat tersebut tidak berani memberikan surat itu kepada Farid karena selain suratnya tampak kotor dan tak layak jika di berikan kepada seorang direktur.
Sebulan lamanya Pak Laksono tidak mengetahui kabar anaknya, tiba-tiba anaknya itu hadir mewakili perusahaan yang di pimpin oleh Sonny untuk berebut job dengan perusahaan ayahnya. Betapa kagetnya ia ketika melihat Tommy dengan sempurna merebut job tersebut dari perusahaanya.
Pak Laksono segera menelepon Tommy untuk pulang ke rumah dan memberi ucapan selamat padanya. Pak Laksono juga berfikiran untuk mempercayakan perusahaanya kepada Tommy, karena selama di pimpin Farid, banyak karyawan-karyawan yang mengeluh bahkan mengundurkan diri karena kepemimpinan Farid yang tidak mengenal toleransi.
Malam hari sesampinya di rumah, Tommy tidak melihat pesta apapun, biasanya kalau ayahnya bilang ingin memberikan ucapan apa atau apa, pasti akan ada pesta besar-besaran. Pak Laksono sengaja tidak membuat pesta karena ia ingin tau apakah Tommy bekerja karena ingin di puji atau ia bekerja dengan segenap kamampuan yang di milikinya.
Keesokan harinya, Pak Laksono datang ke kantor bersama Tommy untuk menggeser sedikit posisi Farid. Pak Laksono masuk ke ruangan Farid dan langsung menyuruhnya untuk mengumpulkan seluruh karyawan dan pegawainya karena Pak Laksono akan mengumumkan sesuatu. Apa yang terjadi ??? ternyata pak Laksono mengumumkan kepada para karyawan jika pimpinan akan digantikan oleh Tommy.
Farid langsung bergegas pergi dari kantor itu, keesokan harinya ia memutuskan untuk hengkang dari perusahaan itu dan kembali ke Surabaya. Saat ia akan kembali ke Surabaya, tiba-tiba OB kantor mencegatnya, untuk memberikan secarik surat kusam padanya.
Farid membawa surat itu, karena penasaraan, ia membukanya saat berada di pesawat. Betapa kagetnya ia saat membaca surat itu yang ternyata di kirim dengan susah payah oleh para sahabatnya di kampung yang ia lupakan, seketika itu juga ia meneteskan air mata dan sadar bahwa ia begitu jahat melupakan teman-teman yang selalu setia menemani, mendukung, dan menantinya.
Sesampainya di Surabaya, ia langsung pulang untuk menemui keluarga dan teman-temanya. Ia menangis saat mengetahui bahwa teman-temanya dapat dengan ikhlas memaafkan kesalahanya yang begitu banyak pada mereka. Farid juga berjanji akan mengajarkan apa yang ia dapat sejak meninggalkan desanya sampai ia kembali ke rumahnya yang sederhana.
Sejak saat itulah Farid kembali menjadi pribadinya sendiri, kehidupanya pun berjalan normal kembali, daerahnya sudah tidak lagi di anggap perkampungan kumuh oleh masyarakat Surabaya. Sementara Farid sendiri telah menyadari arti persahabatan dan kesetiaan terhadap sahabat.
Kesuksesan takan bisa di capai dengan sendirinya, tapi kita membutuhkan orang lain untuk menggapainya, jangan pernah kau lupakan orang yang membantu dan ikut campur dalam kesuksesanmu, sebelum kau menyesal dan terpuruk dalam kejamnya kehidupan ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar